Monday, 31 December 2012

Hal-Hal yang Gue Pikirin Pas Lagi Laper dan Gue Bingung Kenapa Juga Gue Pikirin…

1. Kalau lagi makan di restoran dan laper banget, pastinya kita selalu pengen makanan cepet datang. Nah, gue suka sebel kalau lagi laper dan ketemu pelayan yang senang menghafal, yaitu tipe pelayan yang seneng banget ngulang-ngulang pesenannya padahal perut gue udah kelaperan banget. Kadang-kadang sampai tiga kali. Udah gitu masih salah pula pas pesenannya dateng.
Tapi diantara semuanya gue paling sebel sama tipe pelayan yang terlalu memberikan banyak pilihan. Berikut adalah pembicaraan yang lazim terjadi dengan pelayan seperti ini: ‘Mas, mau mesen apa?’ ‘Ayam’ ‘Ayamnya dada atau paha?’ ‘Paha.’ ‘Pahanya kanan atau kiri?’ ‘Uhh.. kanan.’ Nyari makan kok kayak nyari jodoh. Mbak, saya mau makan, bukan mau menikahi makanan anda.


2. Gue selalu bingung sama kebiasaan orang indonesia yang kalau belum makan nasi berarti belum ngerasa makan. Kayak gue pernah nanya pacar gue, ‘Sayang, kamu udah makan?’ dia jawabnya, ‘Belom, tadi makan roti doang.’ Lah, emangnya rotinya gak dimakan? Emangnya rotinya dimasukin lewat infus?!


3. Soal nama makanan. Ada yang tau Kue Tete? Tadinya gue pikir kue ini namanya Kue Ape atau Kue Cucur. Tapi, kata Nyokap gue, namanya Kue Tete soalnya… bentuknya kayak tete. Jika itu alasannya, maka menurut gue namanya salah. Coba perhatikan bentuk dari Kue Tete:

Berdasarkan bentuknya, kue tete seharusnya disebut sebagai kue Tete Alien.
Soalnya ijo. Hanya alien yang tetenya ijo.
Ada lagi namanya Kue Cubit. Kue Cubit bentuknya seperti ini:


Untung tidak ada Kue Cubit yang dicampur sam Kue Tete, kalo enggak, jadinya begini:



Namanya adalah penggabungan antara Kue Cubit dengan Kue Tete: Kue Cubit Tete.


4. Pas gue masih kecil, setiap kali gue laper pasti gue minta disuapin. Pas lagi nyuapin, Nyokap akan mengambil sendok beserta nasi, lalu melayangkan sendok tersebut ke udara sambil bilang, ‘Ini pesawatnya mau mendarat, pesawatnya mau mendarat ke.. mulut kamu.’ Gue lalu membuka mulut lebar-lebar, Nyokap mendaratkan sendok ke dalam mulut dan bilang, ‘Ammmm. Enak kan’. Mungkin gara-gara itu, sekarang setiap kali gue ngeliat pesawat terbang di udara, bawaannya pengen mangap.


5. Gue kesel banget kalo lagi laper dan harus makan di restoran Jepang. Bukannya kenapa-napa, tapi kalo lagi laper-laper kalo misalnya masuk ke restoran lagi laper2 eh diteriakin IRRASSHEEMSEEE! Orang laper itu kan gampang kesel, apalagi kalau diteriak-teriakin. Kalau kayak gitu biasanya gue bales, IYASSANTEAJESEEEEHHH!


6. Kata orang kalau kebanyakan makan gak bersih nanti nasinya nangis. Tapi kalau makan nasi sampai piringnya bersih nanti jadi gendut, terus pacarnya yang nangis. Ada lagi yang bilang kalau makannya gak bersih, nanti jodohnya berewokan. Melihat cewek gue sekarang, gue nyesel kenapa dulu kalau makan nasi gak bersih…

ini orang pasti istrinya dulu makan gak pernah bersih


7. Perut keroncongan itu istilah dari mana coba? Kalau perut gue lagi laper, pasti jatohnya jadi perut death metal-an. Suaranya besar, lantang, dan sering kali jatoh korban (gue sendiri).


8. Gue paling sebel kalau lagi laper terus makan di restoran yang harus masak-masak sendiri. Belom lagi kalau masaknya gak enak (ini bakat terpendam gue: resep apa pun pasti jadi sangat menjijikan hasilnya jika gue yang masak). Buat gue, restoran yang masak sendiri itu sama kayak pergi ke toko baju dan harus gunting sendiri.


9. Orang Indonesia itu selalu malu-malu kalau lagi makan rame-rame. Ambil contoh kalau lagi makan pizza rame-rame. Mereka pasti saling gak enak, kalau tinggal satu gak ada yang ngambil. Padahal perut udah laper banget, dan dalem hati sama-sama pengen dapet potongan yang terakhir. Kadang sampai kebawa mimpi.


10. Gue bingung sama orang yang bilang, ‘Eh coba deh makanan ini.’ ‘Enggak ah, kayaknya gak enak.’ ‘Enggak kok, gak ada rasanya.’ Kalau gak ada rasanya kenapa lo makan…

BIOGRAFI RADITYA DIKA


Raditya Dika (Dika Angkasaputra Moerwani) (lahir di Jakarta, 28 Desember 1984; umur 28 tahun,  akrab dipanggil Radith, adalah seorang penulis asal Indonesia. Di Indonesia, Raditya Dika dikenal sebagai penulis buku-buku jenaka. Tulisan-tulisan itu berasal dari blog pribadinya yang kemudian dibukukan. Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan masuk kategori best seller. Buku tersebut menampilkan kehidupan Dikung (Raditya Dika) saat kuliah di Australia. Tulisan Radith bisa digolongkan sebagai genre baru. Kala ia merilis buku pertamanya tersebut, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi (personal essay).

KARYA TULIS RADITYA DIKA

Karya pertama yang mengangkat namanya adalah buku berjudul Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005). Buku ini menceritakan kehidupan Radith ketika masih berkuliah di Adelaide, Australia. Cerita yang dibawakan Radith adalah kisah-kisahnya sebagai pelajar Indonesia yang berkuliah di luar negeri. Buku ini ditampilkan dalam format diary (buku harian). Seluruh cerita dalam karyanya tersebut berasal dari blog pribadi terdahulu milik Radith, www.kambingjantan.com, yang sekarang menjadi www.radityadika.com.
Buku keduanya berjudul Cinta Brontosaurus, diterbitkan pada tahun 2006. Hampir sama dengan buku sebelumnya, cerita-cerita dalam buku ini berasal dari kisah keseharian Radith. Namun, buku kedua ini menggunakan format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman cinta Radith yang sepertinya selalu tidak beruntung. Isi dari buku ini meliputi kisah dari sewaktu Radith mengirim surat cinta pertama ke teman saat SD, hingga pengalaman Radith memerhatikan kucing Persia-nya yang jatuh cinta dengan kucing kampung tetangganya.
Buku ketiganya yang berjudul Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa terbit pada tanggal 29 Agustus 2007. Buku ketiga ini mengisahkan Radith yang pernah menjadi badut Monas dalam sehari, mengajar bimbingan belajar, lalu saat Radith dikira hantu penunggu WC, sampai cerita mengenai kutukan orang NTB. Sementara, buku keempatnya berjudul Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang terbit pada bulan April 2008.
Ia juga bermain dalam film yang diangkat dari pengalaman hidupnya, Kambing Jantan: The Movie. Pada pertengahan bulan November 2009, melalui situs resminya, Radith mengumumkan bahwa buku kelimanya yang berjudul Marmut Merah Jambu akan segera terbit dengan jadwal edar sementara pada bulan Desember 2009. Namun pada pertengahan bulan Desember silam, Radith kembali lewat situs resminya menyatakan bahwa buku kelimanya tersebut masih mengalami sedikit perubahan dan juga penambahan cerita pada beberapa bagian, sehingga kemungkinan besar penerbitan buku tersebut akan mundur beberapa waktu. Melalui situs resmi pribadinya pada bulan oktober 2011 ini Raditya Dika juga mengumumkan bahwa bukunya yang berjudul "Manusia Setengah Salmon" akan segera terbit tanggal 24 Desember 2011. Disitus itu Raditya Dika membuat countdown pada blognya agar para penggemarnya ingat tanggal terbit buku "Manusia Setengah Salmon".

PERJALANAN DAN PEMIKIRAN

Radith mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award. Radith juga pernah meraih Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat. Dari pengalaman itu, ia mencetak tulisan-tulisannya di blog kemudian ia menawarkannya ke beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku. Awalnya banyak yang menolak, tapi kemudian ketika ia ke Gagasmedia, sebuah penerbit buku, naskah itu diterima, meski harus presentasi dahulu.
Radit sukses menjadi penulis dengan keluar dari arus utama (mainstream). Ia tampil dengan genre baru yang segar. Yang membuat ia berbeda dari penulis lain adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setap bukunya. Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang. Bagi Radith, ini adalah selling point-nya.
Menurutnya, sebagai penulis tetap harus memiliki inovasi. Sebenarnya, pada bulan-bulan pertama, buku pertamanya tidak terlalu laku. Ini, menurut Radith, adalah risiko masuk dalam genre baru. Radith kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola. Selain itu ia juga gencar promosi dari mulut ke mulut (word of mouth). Radith meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radith. Jadilah ini sebuah strategi pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya. Menurut Radith, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai.[rujukan?] Kemudian, pemasaran diserahkan kepada penerbit.
Sebaliknya, penulis seharusnya juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman. Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus bisa laku di pasaran. Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang pelu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.
Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan. Menurut Radith, hambatan bukan hanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal. Artinya, lawan dari industri buku bisa jadi bukan industri buku lain tapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain. Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan membelanjakannya untuk buku. Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film di bioskop atau membeli makanan cepat saji. Dan yang jelas, buku bukan pilihan utama.
Bagi Radith hal ini memang sudah lazim. Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak kreatif. Baginya, kompetisi yang ada adalah kunci untuk berinovasi. Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.
Radith kini meneruskan studinya di program ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia. Selain itu, kini ia berkarier di penerbit buku Bukune,Radith bertindak sebagai direktur juga sebagai direktur dan pemimpin redaksi. Tepat pada hari ulang tahunnya Raditya merayakannya bersama ratusan penggemarnya RDL (Raditya Dika Lovers) di Taman Mini Indonesia Indah.

PENDIDIKAN

















         



Template by:

Free Blog Templates